Monday, November 28, 2016

Makalah Sistem Saraf Invertebrata

MAKALAH SISTEM SARAF INVERTEBRATA

                                                                                                                                 Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................................ i

BAB I     PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2

BAB II    PEMBAHASAN 
2.1 Pengertian Sistem Saraf........................................................................................ 3
2.2 Komponen Sel Saraf............................................................................................. 5
2.3 Sistem Saraf Pada Coelenterata............................................................................ 5
2.4 Sistem Saraf Pada Echinodermata........................................................................ 6
2.5 Sistem Saraf Pada Platyhelminthes...................................................................... 7
2.6 Sistem Saraf Pada Annelida................................................................................. 8
2.7 Sistem Saraf Pada Arthropoda............................................................................. 9
2.8 Sistem Saraf Pada Mollusca................................................................................ 11

BAB III    PENUTUP 
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 13


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
       Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan dalam bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan itu berorganisasi, berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel.

    Suatu organisme hidup baik yang uniseluler maupun yang multiseluler dapat berada sebagai individu terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan yang bebas satu sama lain (koloni). Sebuah koloni hewan dapat terdiri dari hewan uniseluler atau hewan multiseluler, namun hewan multiseluler bukan sebuah koloni hewan uniseluler. Walaupun demikian, ada juga sebuah koloni hewan multiseluler yang karena aktivitas hidupnya bermanifestasikan suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai suatu organisme.

    Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsangan yang diterima melalui indra, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indra dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks sistem sarafnya.

    Agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak, hewan harus merespon dengan cepat dan tepat serta beradaptasi terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, secara garis besar di dalam makalah ini, penulis akan membahas bagaimana sistem saraf pada hewan invertebrata.

1.2 Rumusan Masalah
    Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
    1.  Apa pengertian sistem saraf ?
    2.  Bagaimanakah sistem saraf pada Coelenterata ?
    3.  Bagaimanakah sistem saraf pada Echinodermata ?
    4.  Bagaimanakah sistem saraf pada Platyhelminthes ?
    5.  Bagaimanakah sistem saraf pada Annelida ?
    6.  Bagaimanakah sistem saraf pada Arthropoda ?
    7.  Bagaimanakah sistem saraf pada Mollusca ?

 

BAB II 
PEMBAHASAN 
2.1    Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf pada hewan terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik volunteer dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling terhubung (Feriyawati, 2005)

Dalam menyelenggarakan fungsi tersebut, sel syaraf didukung oleh sel glia. Se glia merupakan sel yang berkaitan berat dengan neuron, yang berfungsi sebagai pendukung struktur dan fungsi neuron, namun tidak terlibat dalam penjelaran impuls. Sel glia berfungsi untuk menjamin agar kondisi ionikdi sekitar neuron dapat selalu tepat. Selain itu, sel glia juga berfungsi untuk membuang zat-zat sisa dari sekitar neuron.

Salah satu sel glia yang sangat dikenal ialah sel Schwann. Sel ini merupakan salah satu jenis sel glia yang berfungsi sebagai pembungkus akson, membentuk selubung yang diseebut selubung mielin.

Menurut Feriyawati (2005) ditinjau dari fungsinya, neuron dapat dibagi tiga macam, yaitu: Neuron motorik, Neuron sensorik, Neuron interneuron.
1.      Neuron motorik
         Sel araf yang membawa rangsagan dari pusat ke daerah tepi (perifer tubuh)
2.      Neuro sensorik
        Sel saraf yang berfungsi untuk membawa rangsangan dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat saraf (otak dan sumsum tulang belakang atau mendula spinalis )
3.      Neuron interneuron atau sel penghubung
       Sel saraf yang terdapat di pusat saraf, yang menjadi penghubung antara neuron motori dan sensorik.

Ketiga neuron tersebut tersusun dengan khusus sehingga mampu menanggapi berbagai perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan, baik lingkungan dalam maupun luar tubuh. Neuron mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat bervariasi. Berdasarkan bentuknya neuron dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu neuron unipolar, neuron bipolar, neuron multipolar.

1.      Neuron unipolar
       Neuron unipolar hanya mempunyai satu cabang pada badan sel sarafnya, selanjutnya cabang akan terbelah dua sehingga bentuk dari neuron unipolar akan menyerupai huruf “T”. Satu belahan cabang berperan sebagai dendrit, sementara yang lain sebagai akson. Neuron unipolar ini umumnya mempunyai fungsi sebagaimana sensory neuron yaitu sebagai pembawa sinyal dari bagian tubuh (sistem saraf perifer) menuju ke sistem saraf pusat.
 
2.      Neuron bipolar
         Neuron bipolar, sesuai dengan namanya, mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya di sisi yang saling berlawanan. Cabang yang satu berperan sebagai dendrit, sementara yang lain berperan sebagai akson. Karena percabangannya yang demikian ini, maka badan sel saraf neuron bipolar mempunyai bentuk yang agak lonjong/elips. Neuron bipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana interneuron, yaitu menghubungkan berbagai neuron di dalam otak dan spinal cord. 

3.      Neuron multipolar
        Neuron multipolar adalah jenis sel saraf yang paling umum dan paling banyak ditemui. Sel saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu, namun hanya memiliki sebuah akson. Karena jumlah dendrit pada setiap neuron multipolar bisa bervariasi banyaknya, maka bentuk badan sel saraf multipolar ini seringkali dikatakan berbentuk multigonal. Neuron multipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana motoneuron, yaitu membawa sinyal/isyarat dari sistem saraf pusat menuju ke bagian lain dari tubuh, seperti otot, kulit, ataupun kelenjar.
  
2.2     Komponen Sel Saraf
           Berbagai bangunan yang dapat ditemukan sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, pleksus, dan ganglia.
  • Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis maupun tidak. Contoh serabut saraf sejenis adalah serabut aferan dan serabut eferen. Serabut campuran terdiri atas sejumlah akson dan sel saraf motorik dan sensorik.
  • Pleksus merupakan jaringan serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus dapat ditemukan adanya badan sel saraf, meskipun tidak selalu. Pleksus dapat ditemukan pada coelenterata, stenopara, dan khemikordata. Pada jenis hewan tersebut, pleksus biasanya berfungsi sebagai sistem sistem saraf pusat.
  •  Ganglia yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat atau membulat dan memiliki batas yang jelas), dilapisi jaringan konektif, dan mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf. 
2.3      Sistem Saraf Coelenterata
Pada Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut pada Mesoglea yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel saraf masih tersebar saling berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang disebut saraf jala. Coelenterate mempunyai jaring saraf tanpa ganglia atau tidak ada perbedaan antara unsur system saraf pusat dengan system saraf tepi (Campbell, 2008). Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu, berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk sistem yang saling berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke sel yang lainnya lewat melalui sinaps. Saraf jala sudah merupakan sistem sinaps tapi tidak mempunyai cirri-ciri sinaps. 

Kebanyakan sinapsis dalam dalam jaringan saraf hydra adalah sinapsis listrik. Impuls dihantarkan pada kedua arah, dan perangsangan pada titik manapun pada tubuh hydra akan menyebar dari tempat perangsangan dan menghasilkan pergerakan diseluruh tubuh (Campbell, 2008).


Gambar-1. Sistem saraf Coelenterata

2.4        Sistem Saraf Echinodermata
Sistem saraf pada Echinodermata masih merupakan sistem saraf primitif. sistem saraf echinodermata terdiri dari tiga komponen utama: ectoneural, hyponeural dan sistem entoneural (Hyman, 1955; Smith, 1965; Pentreath dan Cobb, 1972; Cobb, 1987 dalam Jose (2001: 865). Sistem ectoneural adalah saraf sensorik dan motorik dan membentuk cincin saraf dan sebagian besar tali saraf radial. Sistem hyponeural, khusus di saraf motorik, terdapat dalam tali saraf radial dan berhubungan dengan sistem otot rangka. Komponen ketiga, system entoneural (juga disebut sistem apikal), terdapat di asteroid dan crinoids dan tidak terdapat pada kelompok lain.

Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala dan belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi) dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain. 

Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus seperti pada Coelenterata, namun sistem sarafnya sudah mempunyai struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf motorik, sel saraf sensorik dan telah ada refleks. Misalnya pada bintang laut, terdapat cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh (Garcia, 2011).


Gambar-2. Sistem saraf Echinodermata

2.5        Sistem Saraf Platyhelminthes
Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Karena itu disebut saraf tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang menerima impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot (Okamoto, 2005).

Gambar-3. Sistem saraf Platyhelminthes

2.6    Sistem Saraf Annelida
Pada hewan Polychaeta terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal dapat juga disebut sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal. Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf ventral. Dalam setiap metamer atau segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral. 

Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indra yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog dengan mata pada vertebrata.

Sistem saraf pada Oligochaeta berupa sebuah ranting ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari segmen ke-4. di samping itu ada ganglion suprafaringeal anterior yang juga disebut otak yang terletak dalam segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar faring menghubungkan otak dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer terdapat 3 pasang saraf yang berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam kulit cacing tanah terdapat organ-organ sensoris yang sensitif terhadap sentuhan dan cahaya. 

Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih maju yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang tubuhnya. Ganglion supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut dihubungkan dengan tali saraf ventral. Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar yang menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama (Drewes, 2002).



Gambar-4. Sistem saraf Annelida

2.7        Sistem Saraf Arthropoda
Jaringan saraf dapat dibagi ke dalam saraf pusat dan saraf tepi. Saraf pusat terdiri dari sepasang rantai saraf rantai yang terdapat di sepanjang tubuh bagian ventral. Sistem saraf serangga berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi ventral tubuhnya. Sistem saraf yang terdiri dari serangkaian ganglia, dihubungkan dengan tali saraf ventral terdiri dari dua paralel connectives  sepanjang perut. Biasanya, setiap segmen tubuh memiliki satu ganglion pada setiap sisi, meskipun beberapa ganglia yang melebur untuk membentuk otak dan ganglia besar lainnya. Segmen kepala berisi otak, juga dikenal sebagai ganglion supraesophageal. Dalam sistem saraf serangga, otak anatomis dibagi ke dalam protocerebrum yang mencakup mata majemuk dan oselli, deutocerebrum yang mencakup antenna, dan tritocerebrum yang mencakup labrum dan usus depan. Segera di belakang otak adalah subesophageal ganglion, yang terdiri dari tiga pasang ganglia menyatu. Ini mengendalikan mulut, kelenjar ludah dan otot-otot tertentu (Mashanov, 2009)

 Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia. Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.

Pada belalang terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang disebut ganglia (jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat pengolah rangsang. Ada 3 macam ganglion :

  1. Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan antena.(2)  Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah (labium). 
  2. Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan. 
  3. Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu dengan ganglion yang lain.


Gambar-5. Sistem saraf Arthropoda


2.8        Sistem Saraf Mollusca
Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan sebagai saraf serebral (dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf jeroan. Saraf-saraf dari ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ. 

Pada gastropoda, serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol ganglia yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini dikontrol oleh aktifitas 4 pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda (cumu-cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi. Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan branchial yang mengontrol lengan dan tentakel. Sedangkan bagian otak supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang berupa lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.


Gambar-6. Sistem saraf Mollusca


BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem saraf berfungsi untuk mengoordinasikan seluruh aktivitas pada tubuh hewan. Sel penyusun sistem saraf dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sel saraf/neuron dan sel glia. Sel neuron berfungsi untuk menerima dan meneruskan impuls, sedangkan sel gliaberfungsi untuk mendukung struktur dan funsi sel neuron, tetapi tidak terlibat secara langsung dalam proses perjalanan impuls.



Daftar Pustaka

Drewes, C. D. 1984. Escape reflexes in earthworms and other annelids. In: Neural Mechanisms of Startle Behavior, R. C. Eaton, ed., Plenum Press, N.Y., pp. 43-91.

Feriyawati, L. 2005. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi Kontraksi Otot Rangka. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran.

Garcia, J. 2011. The Enteric Nervous System Of Echinoderms: Unexpected Complexity Revealed By Neurochemical Analysis. The Journal of Experimental Biology.  No.204, 2011 : 865–873.

Heinzeller T, Welsch U. 2001. The Echinoderm Nervous System and its Phylogenetic Interpretation. In Brain evolution and cognition. Edited by Roth G, Wullimann M. John Wiley & Sons, Inc. and Spektrum Akademischer Verlag; 2001:41-75. OpenURL

Hyman, L. H. 1955. The Invertebrates: Echinodermata. vol. 4. New York: McGraw-Hill.

Mashanov VS, Zueva OR, Heinzeller T. The Central Nervous System Of Sea Cucumbers (Echinodermata: Holothuroidea) Shows Positive Immunostaining For A Chordate Glial Secretion. Journal of Fronties in Zoology. 2009, 40:351-372.

Okamoto, K. 2005. Neural Projections in Planarian Brain Revealed by Fluorescent Dye Tracing. Zoological Science. 22(5):535-546.