Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Saraf........................................................................................ 3
2.2 Komponen Sel Saraf............................................................................................. 5
2.3 Sistem Saraf Pada Coelenterata............................................................................ 5
2.4 Sistem Saraf Pada Echinodermata........................................................................ 6
2.5 Sistem Saraf Pada Platyhelminthes...................................................................... 7
2.6 Sistem Saraf Pada Annelida................................................................................. 8
2.7 Sistem Saraf Pada Arthropoda............................................................................. 9
2.8 Sistem Saraf Pada Mollusca................................................................................ 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berbeda dengan tumbuhan, hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsang eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan dalam bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Setiap individu, baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang multiseluler, merupakan suatu unit. Hewan itu berorganisasi, berarti setiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinate dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh sel.
Suatu organisme hidup baik yang uniseluler maupun yang multiseluler dapat berada sebagai individu terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan yang bebas satu sama lain (koloni). Sebuah koloni hewan dapat terdiri dari hewan uniseluler atau hewan multiseluler, namun hewan multiseluler bukan sebuah koloni hewan uniseluler. Walaupun demikian, ada juga sebuah koloni hewan multiseluler yang karena aktivitas hidupnya bermanifestasikan suatu kesatuan, maka koloni itu dianggap sebagai suatu organisme.
Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan tadi. Setiap rangsangan-rangsangan yang diterima melalui indra, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan. Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf beserta indra dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf yang dimiliki oleh hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks sistem sarafnya.
Agar dapat bertahan hidup dan berkembang biak, hewan harus merespon dengan cepat dan tepat serta beradaptasi terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, secara garis besar di dalam makalah ini, penulis akan membahas bagaimana sistem saraf pada hewan invertebrata.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1. Apa pengertian sistem saraf ?
2. Bagaimanakah sistem saraf pada Coelenterata ?
3. Bagaimanakah sistem saraf pada Echinodermata ?
4. Bagaimanakah sistem saraf pada Platyhelminthes ?
5. Bagaimanakah sistem saraf pada Annelida ?
6. Bagaimanakah sistem saraf pada Arthropoda ?
7. Bagaimanakah sistem saraf pada Mollusca ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
Sistem Saraf
Sistem saraf
pada hewan terdiri atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang
saling terhubung dan esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas
motorik volunteer dan involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis
berbagai proses fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit
dan paling penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron) yang saling
terhubung (Feriyawati, 2005)
Dalam
menyelenggarakan fungsi tersebut, sel syaraf didukung oleh sel glia. Se glia
merupakan sel yang berkaitan berat dengan neuron, yang berfungsi sebagai
pendukung struktur dan fungsi neuron, namun tidak terlibat dalam penjelaran
impuls. Sel glia berfungsi untuk menjamin agar kondisi ionikdi sekitar neuron
dapat selalu tepat. Selain itu, sel glia juga berfungsi untuk membuang zat-zat
sisa dari sekitar neuron.
Salah satu sel
glia yang sangat dikenal ialah sel Schwann. Sel ini merupakan salah satu jenis
sel glia yang berfungsi sebagai pembungkus akson, membentuk selubung yang
diseebut selubung mielin.
Menurut
Feriyawati (2005) ditinjau dari fungsinya, neuron dapat dibagi tiga macam,
yaitu: Neuron motorik, Neuron sensorik, Neuron interneuron.
1. Neuron motorik
Sel araf yang
membawa rangsagan dari pusat ke daerah tepi (perifer tubuh)
2. Neuro sensorik
Sel saraf yang
berfungsi untuk membawa rangsangan dari daerah tepi (perifer tubuh) ke pusat
saraf (otak dan sumsum tulang belakang atau mendula spinalis )
3. Neuron interneuron atau sel penghubung
Sel saraf yang
terdapat di pusat saraf, yang menjadi penghubung antara neuron motori dan
sensorik.
Ketiga neuron
tersebut tersusun dengan khusus sehingga mampu menanggapi berbagai perubahan
yang terjadi pada lingkungan hewan, baik lingkungan dalam maupun luar tubuh.
Neuron mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat bervariasi. Berdasarkan
bentuknya neuron dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu neuron unipolar, neuron
bipolar, neuron multipolar.
1. Neuron unipolar
Neuron unipolar
hanya mempunyai satu cabang pada badan sel sarafnya, selanjutnya cabang akan
terbelah dua sehingga bentuk dari neuron unipolar akan menyerupai huruf “T”.
Satu belahan cabang berperan sebagai dendrit, sementara yang lain sebagai
akson. Neuron unipolar ini umumnya mempunyai fungsi sebagaimana sensory neuron
yaitu sebagai pembawa sinyal dari bagian tubuh (sistem saraf perifer) menuju ke
sistem saraf pusat.
2. Neuron bipolar
Neuron bipolar,
sesuai dengan namanya, mempunyai dua cabang pada badan sel sarafnya di sisi
yang saling berlawanan. Cabang yang satu berperan sebagai dendrit, sementara
yang lain berperan sebagai akson. Karena percabangannya yang demikian ini, maka
badan sel saraf neuron bipolar mempunyai bentuk yang agak lonjong/elips. Neuron
bipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana interneuron, yaitu menghubungkan
berbagai neuron di dalam otak dan spinal cord.
3. Neuron multipolar
Neuron
multipolar adalah jenis sel saraf yang paling umum dan paling banyak ditemui.
Sel saraf ini mempunyai dendrit lebih dari satu, namun hanya memiliki sebuah
akson. Karena jumlah dendrit pada setiap neuron multipolar bisa bervariasi
banyaknya, maka bentuk badan sel saraf multipolar ini seringkali dikatakan
berbentuk multigonal. Neuron multipolar umumnya mempunyai fungsi sebagaimana
motoneuron, yaitu membawa sinyal/isyarat dari sistem saraf pusat menuju ke
bagian lain dari tubuh, seperti otot, kulit, ataupun kelenjar.
2.2 Komponen
Sel Saraf
Berbagai
bangunan yang dapat ditemukan sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf,
pleksus, dan ganglia.
- Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis maupun tidak. Contoh serabut saraf sejenis adalah serabut aferan dan serabut eferen. Serabut campuran terdiri atas sejumlah akson dan sel saraf motorik dan sensorik.
- Pleksus merupakan jaringan serabut saraf yang tidak teratur. Pleksus dapat ditemukan adanya badan sel saraf, meskipun tidak selalu. Pleksus dapat ditemukan pada coelenterata, stenopara, dan khemikordata. Pada jenis hewan tersebut, pleksus biasanya berfungsi sebagai sistem sistem saraf pusat.
- Ganglia yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat atau membulat dan memiliki batas yang jelas), dilapisi jaringan konektif, dan mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf.
2.3 Sistem
Saraf Coelenterata
Pada
Coelenterata akuatik seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut pada Mesoglea
yang terletak diantara epidermis (ektoderm) dan gastrodermis (endoderm)
terdapat sistem saraf diffus karena sel-sel saraf masih tersebar saling
berhubungan satu sama lain menyerupai jala yang disebut saraf jala. Coelenterate
mempunyai jaring saraf tanpa ganglia atau tidak ada perbedaan antara unsur
system saraf pusat dengan system saraf tepi (Campbell, 2008). Sistem saraf ini
terdiri atas sel-sel saraf berkutub satu, berkutub dua, dan berkutub banyak
yang membentuk sistem yang saling berhubungan seperti jala. Meskipun demikian
impuls dari satu sel ke sel yang lainnya lewat melalui sinaps. Saraf jala sudah
merupakan sistem sinaps tapi tidak mempunyai cirri-ciri sinaps.
Kebanyakan sinapsis
dalam dalam jaringan saraf hydra adalah sinapsis listrik. Impuls dihantarkan
pada kedua arah, dan perangsangan pada titik manapun pada tubuh hydra akan
menyebar dari tempat perangsangan dan menghasilkan pergerakan diseluruh tubuh
(Campbell, 2008).
Gambar-1. Sistem saraf Coelenterata
2.4
Sistem
Saraf Echinodermata
Sistem saraf
pada Echinodermata masih merupakan
sistem saraf primitif. sistem saraf echinodermata terdiri dari tiga komponen
utama: ectoneural, hyponeural dan sistem entoneural (Hyman, 1955; Smith, 1965;
Pentreath dan Cobb, 1972; Cobb, 1987 dalam
Jose (2001: 865). Sistem ectoneural adalah saraf sensorik dan motorik dan
membentuk cincin saraf dan sebagian besar tali saraf radial. Sistem hyponeural,
khusus di saraf motorik, terdapat dalam tali saraf radial dan berhubungan
dengan sistem otot rangka. Komponen ketiga, system entoneural (juga disebut
sistem apikal), terdapat di asteroid dan crinoids dan tidak terdapat pada kelompok
lain.
Meskipun sel-sel
saraf tersusun dalam bentuk cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai
cabang ke tiap lengan, tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti
jala dan belum ada pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan
(innervasi) dengan kaki pembuluh, duri dan lain-lain.
Meskipun sistem saraf Echinodermata masih diffus
seperti pada Coelenterata, namun sistem sarafnya sudah mempunyai struktur
tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf motorik, sel saraf
sensorik dan telah ada refleks. Misalnya pada bintang laut, terdapat cincin
saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial pada
sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf radial
berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh (Garcia, 2011).
Gambar-2. Sistem saraf Echinodermata
2.5
Sistem
Saraf Platyhelminthes
Platyhelminthes sudah memiliki sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih terkonsentrasi menjadi
sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang disebut dengan ganglion
kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala terdapat dua tali saraf
memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga. Karena itu disebut
saraf tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas saraf-saraf yang tersusun
secara transversal atau melintang yang menghubungkan tali saraf dengan
saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua bagian tubuh.
Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang menerima impuls
dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion kepala tidak
mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot (Okamoto, 2005).
Gambar-3. Sistem saraf Platyhelminthes
2.6
Sistem
Saraf Annelida
Pada hewan Polychaeta
terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal dapat juga disebut
sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal
itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal.
Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf ventral.
Dalam setiap metamer atau segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan
sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral
bercabang-cabang lateral.
Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indra yang
menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4
buah. Mata sederhana itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog
dengan mata pada vertebrata.
Sistem saraf pada Oligochaeta
berupa sebuah ranting ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai
dari segmen ke-4. di samping itu ada ganglion suprafaringeal anterior yang juga
disebut otak yang terletak dalam segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar
faring menghubungkan otak dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer
terdapat 3 pasang saraf yang berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam
kulit cacing tanah terdapat organ-organ sensoris yang sensitif terhadap
sentuhan dan cahaya.
Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan
sistem saraf yang lebih maju yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental
sepanjang tubuhnya. Ganglion supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya
masih tetap sebagai sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka
terhadap cahaya, sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya
(bagian muka). Hewan ini mempunyai ganglion pada tiap ruas tubuhnya. Ganglia
segmental tersebut dihubungkan dengan tali saraf ventral. Tiap ganglion
mempunyai fungsi sebagai pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor
kulit yang ada disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar
yang menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama
(Drewes, 2002).
Gambar-4. Sistem saraf Annelida
2.7
Sistem
Saraf Arthropoda
Jaringan saraf dapat dibagi ke dalam saraf
pusat dan saraf tepi. Saraf pusat terdiri dari sepasang rantai saraf rantai
yang terdapat di sepanjang tubuh bagian ventral. Sistem saraf serangga berupa
sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di sepanjang sisi
ventral tubuhnya. Sistem saraf yang terdiri dari serangkaian ganglia,
dihubungkan dengan tali saraf ventral terdiri dari dua paralel connectives sepanjang perut. Biasanya, setiap segmen
tubuh memiliki satu ganglion pada setiap sisi, meskipun beberapa ganglia yang
melebur untuk membentuk otak dan ganglia besar lainnya. Segmen kepala berisi
otak, juga dikenal sebagai ganglion supraesophageal. Dalam sistem saraf
serangga, otak anatomis dibagi ke dalam protocerebrum yang mencakup mata
majemuk dan oselli, deutocerebrum yang mencakup antenna, dan tritocerebrum yang
mencakup labrum dan usus depan. Segera di belakang otak adalah subesophageal
ganglion, yang terdiri dari tiga pasang ganglia menyatu. Ini mengendalikan
mulut, kelenjar ludah dan otot-otot tertentu (Mashanov, 2009)
Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada
pembesaran saraf tangga tali yang disebut ganglia. Ganglia berfungsi sebagai
pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia bagian anterior yang
lebih besar berfungsi sebagai otak.
Pada belalang
terlihat susunan saraf tangga tali dari simpul saraf yang disebut ganglia
(jamak dari ganglion). Ganglion merupakan pusat pengolah rangsang. Ada 3 macam ganglion :
- Ganglion kepala, menerima urat saraf yang berasal dari mata dan antena.(2) Ganglion di bawah kerongkongan, mengkoordinasi aktivitas sensoris dan motoris rahang bawah (mandibula), rahang atas (maksila), dan bibir bawah (labium).
- Ganglion ruas-ruas badan berupa serabut-serabut saraf yang menuju ruas-ruas dada, perut, dan alat-alat tubuh yang berdekatan.
- Ganglion bawah kerongkongan dan ganglion ruas-ruas badan terletak dibawah saluran pencernaan. Pada serangga terdapat 2 benang saraf yang membentang sejajar sepanjang tubuhnya dan menghubungkan ganglion satu dengan ganglion yang lain.
Gambar-5. Sistem saraf Arthropoda
2.8
Sistem
Saraf Mollusca
Pada bekicot, saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan
sebagai saraf serebral (dorsal dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf
jeroan. Saraf-saraf dari ganglia itu melanjut keseluruh sistem organ.
Pada gastropoda,
serebral atau ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol ganglia
yang lebih bawah. Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini dikontrol oleh
aktifitas 4 pasang ganglion yaitu ganglia serebral, pedal, pleural, dan
viseral. Pada Cephalopoda (cumu-cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks
karena adanya penggabungan berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi
oesofagus. Karena itu otaknya mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus.
Pada bagian suboesofagus terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan
ekspirasi. Selain itu terdapat pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan
branchial yang mengontrol lengan dan tentakel. Sedangkan bagian otak
supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat sensorik utama yang berupa lobus
untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.
Gambar-6. Sistem saraf Mollusca
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Sistem saraf
berfungsi untuk mengoordinasikan seluruh aktivitas pada tubuh hewan. Sel
penyusun sistem saraf dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sel saraf/neuron dan
sel glia. Sel neuron berfungsi untuk menerima dan meneruskan impuls, sedangkan
sel gliaberfungsi untuk mendukung struktur dan funsi sel neuron, tetapi tidak
terlibat secara langsung dalam proses perjalanan impuls.
Daftar
Pustaka
Drewes,
C. D. 1984. Escape reflexes in earthworms
and other annelids. In: Neural Mechanisms of Startle Behavior, R. C. Eaton,
ed., Plenum Press, N.Y., pp. 43-91.
Feriyawati,
L. 2005. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi Kontraksi Otot
Rangka. Sumatera Utara: Fakultas Kedokteran.
Garcia,
J. 2011. The Enteric Nervous System Of Echinoderms: Unexpected Complexity
Revealed By Neurochemical Analysis. The
Journal of Experimental Biology.
No.204, 2011 : 865–873.
Heinzeller
T, Welsch U. 2001. The Echinoderm Nervous
System and its Phylogenetic Interpretation. In Brain evolution and
cognition. Edited by Roth G, Wullimann M. John Wiley & Sons, Inc. and
Spektrum Akademischer Verlag; 2001:41-75. OpenURL
Hyman,
L. H. 1955. The Invertebrates:
Echinodermata. vol. 4. New York: McGraw-Hill.
Mashanov
VS, Zueva OR, Heinzeller T. The Central Nervous System Of Sea Cucumbers
(Echinodermata: Holothuroidea) Shows Positive Immunostaining For A Chordate
Glial Secretion. Journal of Fronties in
Zoology. 2009, 40:351-372.